Malam, Mak. Ketika
para bocah udah terlelap yang Emak rasain itu apa? Kesepiankah? Atau punya ide
untuk bisa me time? Kalo aku, bisa duduk semedi depan laptop itu udah termasuk me time, Mak! Karena menurut aku, cuma
ini hiburan murah meriah satu-satunya yang bisa dilakukan kapan saja untuk menjaga
otak tetap waras. Yess, sesederhana
itu. Jadi emak-emak itu butuh setrong menghadapi
kenyataan, Mak! Ya kenyataan hidup, ya godaan untuk ngomel-ngomel, atau
ke-setrong-an Emak menghadapi drama baru dari para bocah yang setiap hari
bertumbuh.
Ngomongin tentang
godaan, Emak bukan hanya harus tahan godaan untuk ‘tidak cerewet’ lho. Sebagai
Emak, kita juga harus tahan dari godaan yang berbau materi. Bukan apa-apa, Mak. Ketika si Emak ini, yang
tiap hari udah pusing banget mikirinm harga bawang dan cabe di pasar, Emak juga
di hadapkan dengan kenyataan harus pinter mengelola keuangan rumah tangga. Ga
heran di masyarakat, Emak-emak terkenal dengan julukan ‘mata duitan’. Apalagi
kalo pas si Bapak ikut nimbrung dengan bahasa becandaan yang rada bikin baper. “Bini
gue, kalo udah liat duit aja, matanya langsung ijo.” *emang bener sih, hahaha….*
Padahal nih ya,
Bapak-bapak belum tentu bisa sekuat emak-emak yang kalo udah dihadapkan dengan
yang namanya ‘uang’ tiba-tiba suka menjelma jadi analis keuangan level expert. Jadi, Emak yang matanya gak ijo
liat uang, jaman sekarang ini malah bisa di bilang ‘yakin lo gak suka duit?’
Dan
kalo udah ada sangkut paut dengan yang namanya materi, bawaannya sensitive.
Senggol, bacok!
Setuju
gak, Mak? Kalo malam ini kita bahas tentang Love
or Money? Kamu pilih mana, Mak? Pilih cinta atau uang? Kamu penganut ‘Ga
apa-apa makan sepiring berdua asal selalu bersama.’ Atau kamu penganut ‘Ada
uang abang sayang, ga ada uang abang tidur di sofa?’
Kalo dipikir lagi nih
ya, cinta dan uang itu gak akan bisa sejalan. Coba deh, ketika memilih cinta,
tapi materi gak ngikutin ya gak bisa juga, masa iya beli beras pake daun hasil
metik di halaman? Lain lagi kalo dikasih banyak duit, bisa jadi nyonyah yang
tongkrongannya butik mahal, eh tapi si ayang mbeb gak ngopeni kita karena terlalu
sibuk nyari duit. Bete kan, Mak? Seperti dihadapkan dengan buah simalakama.
Love and money itu harus sejalan,
setuju? Kita gak bisa bergelimang cinta dan materi sekaligus. Seandainya bisa
memilih, udah dipastikan banyak perempuan pengen mendapatkan pria yang
sempurna. Sosok tampan, romantis, humoris, bertanggung jawab dan tentu saja
horang kaya. But, no body is perfect!
Pada
kenyataannya, cukup sulit menemukan, apalagi memiliki pria sempurna seperti
itu. Yang ada kita akan dihadapkan pada pilihan, memilih pria kaya tapi tidak
kita cintai, atau pria sederhana yang kita cintai. Nah, mak, ketika kamu
terpaksa memilih antara cinta atau uang, apakah kamu akan tetap memilih cinta
di atas segalanya?
Cinta
dan Realitas Kehidupan
Mak,
percaya atau tidak, kata-kata seperti ini “hari gini milih cinta? duh, yang
bener aja?” udah sering banget kan, kita dengar dalam keseharian kita? Apakah
itu semua mengherankan buat Emak? kayaknya engga, kan? Kita sudah cukup sering
mendengar bahasa-bahasa semacam itu.
Zaman sekarang, semua
seolah diukur dengan materi, jangan heran lagi kalo sekarang banyak orang bahkan
mendahulukan uang. Alasan mereka cukup
sederhana kok, Mak! “Cinta itu bisa dipupuk kapan aja, asalkan uang udah ada di
genggaman. Tapi kalo ngandelin cinta aja
tanpa uang, wah mana tahan? Emang kalo laper bisa kenyang makan cinta doang?” *Ups….*
Jika melihat fenomena
ini, apakah nilai yang dipegang oleh wanita dalam mencari pasangan hidup sudah
mulai berubah seiring perkembangan zaman? Bukankah idealnya sebuah hubungan itu
dilandasi oleh cinta dan bukannya materi?
Penyebab utama
pergeseran pandangan itu adalah keadaan ekonomi kini yang dirasa makin sulit.
Semua harga barang setiap tahun berlomba naik dan makin meninggi. Selain itu,
banyak perempuan zaman sekarang dalam mencari pasangan hidup, memang cenderung
mencari pendamping hidup yang bisa
membuat dia tidak perlu susah payah dalam hal materi. Salin juga mencari
pasangan yang memiliki kelas sosial setara dengan dirinya atau kalau bisa lebih
tinggi dari kelas sosialnya. Tak hanya dalam hal materi, tapi juga dalam hal
intelektualitas.
Julukan ‘cewek matre’
gak lagi milik perempuan perkotaan, tapi sudah meluas hingga ke kampung-kampung
di pedesaan. Meski begitu, perlu diingat
lagi, uang bukan segalanya. Jaman dahulu kala, ketika kita memilih bapaknya
anak-anak menjadi pendamping hidup kita, kita juga menilai kepribadiannya kan,
Mak? Dalam hal ini lebih kepada tingkah laku yang baik dan tanggung jawabnya
Taroklah duitnya
banyak, punya perusahaan, mobil mewah segudang, dia mampu memberikan semua yang
kita inginkan dalam hal materi, tapi apakah dia bisa mempertanggung jawabkan
semua hartanya itu? Jangan sampai begitu hidup denganmu dia jatuh miskin karena
dia tidak bisa bertanggung jawab pada hartanya, kebiasaan manja dan hidup enak.
Duit lama-lama bisa abis kan, Mak! Nah, sebagai orang yang udah terlanjur
dimanjakan kemewahan, apakah kamu juga masih bisa menerima dia saat jatuh
miskin? Tetap disisinya saat dia kehabisan harta kekayaan? Kalo gak ada cinta
ya bubar jalan.
Sama-sama Beresiko
Mungkin, banyak
diantara kita dulu yang menganggap cinta saja sudah cukup untuk mengarungi
bahtera rumah tangga tapi materi juga ga bisa diabaikan begitu saja. Kalo sudah
begitu, manakah yang lebih prioritas?
Kalau semata-mata
melihat keadaan ekonominya, itu juga ga bijaksana, pun sebaliknya. Ketika memilih cinta saja, atau materi saja, keduanya
sama-sama beresiko. Nih ya, kalau memilih materi resiko terbesarnya adalah kamu
susah mencapai kebahagiaan. Kesenangan sesaat karena materi mungkin bisa kamu
raih, tapi tidak akan lama. Karena suatu saat kamu mungkin akan merasa bosan.Disitulah
kekuatan cinta diperlukan.
Misal, pasanganmu
adalah pria kaya, status sosial kamu akan ikut melonjak naik. Hidup dimanjakan
kemewahan, punya banyak uang, kamu bisa mendapatkan apa saja yang kamu mau,
pesta jetset, shopping setiap hari. Tapi, jika demi menumpuk hartanya, pasangan
kamu akan sering bepergian untuk mengurus bisnisnya, waktu kebersamaan kamu dan
pasanganmu pun otomatis berkurang. Nah, disini kekuatan cinta kembali
dipertanyakan. Kalo ga ada perekat bernama cinta, ya bisa-bisa hubungan kita
dengan pasangan tamat sebelum waktunya. Apa lantas berpisah dan membuat anak
menjadi korbannya?
Godaan dalam hal
materi juga sering menyebabkan terjadinya perselingkuhan. Baik dari pihak kamu
atau dari pihak pasanganmu. Wanita yang sudah merasa kaya karena menjalin
hubungan dengan pria kaya, akan mudah menarik perhatian pria lain, terutama
pria-pria yang mengincar harta. Begitu pula sebaliknya. Pria kaya yang kini
menjadi kekasih kamu, juga menjadi sasaran empuk para wanita penggoda yang
mengincar materi. Dan itu berarti kompetisi yang kamu hadapi juga akan makin
berat. Ya, kan?
Lain lagi resiko yang
dihadapi jika kamu hanya mengandalkan cinta. Resiko terberatnya, kamu harus
siap memulai segalanya dari bawah. Pernah seperti ini, Mak? Artinya, kamu
bersedia menerima pasangan apa adanya dan hidup sederhana ketika menikah. Kamu
juga harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan tinggal di pondok mertua indah.
Kemudian, pelan-pelan mencicil rumah milik kalian sendiri. Masalah sering timbul ketika salah satu diantara kalian sudah
terbiasa hidup berkecukupan dan kemudian sekarang berumah tangga dengan pria/wanita dari ekonomi pas-pasan,
pergesekan bisa terjadi jika salah satu diantara kalian kemudian mulai merasa
‘tersiksa’. Apalagi ditambah jika salah satu diantara kalian pada dasarnya
tidak bisa hidup bahagia tanpa uang. *nah,
lho!*
Jika pendapatan kamu
lebih tinggi dari pasanganmu, itu membuat dia akan rendah diri. Kamu sedikit
banyak akan merasa powerful. Ini juga
bisa berdampak buruk pada hubungan kalian.
Secara tidak langsung bisa saja kamu menjadi memaksa pasanganmu untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang selama ini kamu dapatkan sebelum
berumah tangga dengannya. Lama kelamaan hubungan kamu akan renggang kemudian the end!
Biarkan cinta
berbicara
Jadi, salahkan kita
jika mengutamakan materi? Sebenarnya tidak ada yang salah dan benar. Tapi, Mak,
kita juga harus bisa mengakui bahwa urusan materi harus dipertimbangkan untuk
menuju tahap fase keluarga kecil kalian selanjutnya. Bedakan mana materialistis
dan realitis. Jika dulu kamu hanya memandang
dompetnya, tanpa melihat kwalitas lain yang dia miliki, sudah bisa dipastikan
kamu materalistis. Tapi kalo dulu kamu
memikirkan bagaimana kelak biaya hidup kamu dan anak-anak kamu, nah yang ini
namanya rasional. Sah-sah aja kok! Kamu memikirkan uang demi mendapatkan
kualitas hidup yang lebih baik.
Cinta itu butuh
sokongan materi, Mak! masa iya mau beli susu anak pake cinta? Beli beras pake
cinta? Ya pake duit lah! Jika kamu belum merasa mampu untuk itu, tidak ada
salahnya kamu mempertimbangkan untuk menunda menikah. Toh, menunda bukan
berarti mengakhiri percintaan kalian, ya kan, Mak?
Seandainya priamu gak
kaya-kaya banget, gak berdompet tebel, gak punya sederet mobil mewah, Gapapa,
Mak! asalkan kalian tetap punya cinta. Jalani saja dulu.
Tapi perlu
dipertegaskan lagi, jika kita sudah memilih, kamu harus mempertimbangkan plus-minus nya. Jangan lupa tanyakan
pada hatimu, apa sih yang kamu cari, Mak? cinta atau uang?
Apapun
itu, sekarang kita sudah menjalaninya, ya kan, Mak?
-d14N-